Friday, February 15, 2008

Mozaik Petani Telang Sari

Dari tanah yang semula dikepung rawa, mengandungi kadar asam tinggi, petani Telang Sari mengubahnya jadi lahan persawahan subur. Ironisnya, mereka sulit sejahtera, karena harga pertaniannya, selalu jeblok di musim panen.

Pada 1979, Desa Telang Sari dibuka, sebagai area transmigrasi untuk masyarakat dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rumah-rumah kayu mungil dan sederhana, dibangun di atas tanah yang dikepung rawa-rawa. Untuk mencapai desa itu, perlu perjalanan satu jam dari Palembang menggunakan speed boat –kecepatan kira-kira 50 km perjam – yang menyusuri sungai Banyu Asin.

Awal dibuka, Telang Sari yang masuk wilayah Kabupaten Banyuasin itu, masih dikepung rimba belantara. “Kami benar-benar seperti dibuang dan diisolasi. Larang pangan sering kami alami, pokoknya sengsara. Tapi sekarang saya bisa merasakan, tinggal di sini ternyata jauh lebih baik dari dulu di Jawa”, kata Poniman, transmigran asal Banyuwangi, mengenang.

Satu tahun pertama, para transmigran masih mendapat jatah beras dari pemerintah. Seterusnya, mereka harus mandiri dengan bergantung pada alam sekitar. Sejak itu, mereka mengalami kesulitan hidup yang luar biasa. Kadar asam tinggi yang membuat air tanah terasa asin, bagian tantangan hidup yang harus ditaklukkan. Bagi yang tidak tahan, kemudian memilih hengkang dari desa itu.

Setelah 28 tahun berlalu, Telang Sari kini menjadi area persawahan yang subur. Seiring waktu, Telang Sari menjadi peradaban baru. Keberadaan mereka, juga mendorong perkembangan peradaban penduduk asli yang banyak mendiami pinggiran Sungai Banyu Asin. Mereka banyak belajar pertanian pada warga transmigran. Dari semula hidup berpindah tempat, mulai menetap dengan membuka sawah.

“Setelah kami menanam padi, penduduk asli juga ikut menanam. Bahkan, mereka juga belajar bagaimana cara panen padi dan sebagainya. Akhirnya kami bisa hidup berdampingan dengan damai”, terang Daryono. Dia, satu-satunya sarjana lulusan IAN Palembang di desa itu, yang dikuliahkan orang tuanya dari hasil bumi Telang Sari.

Meski dari tingkat kesejahteraan masih rendah, warga Telang Sari setidaknya tak lagi dicekik paceklik. Mereka sudah bisa memproduksi makanan beras. Sebelumnya, mereka mengkonsumsi tiwul, pisang kukus, dan talas rebus.

Panen Uang Jerman

“Kalau musim panen gini, petani seperti saya panennya uang “Jerman” mas”, celetuk Pakde Karto gemas. Menurut lelaki asal Ponorogo itu, uang Jerman hanya singkatan dari ijir ora oman (setelah uang panen dibagi-bagi, petani tidak dapat bagian). Karena, uang hasil panen habis untuk membayar utang pupuk, utang traktor, dan utang sarana produksi pertanian lain, saat musim tanam. Lebih naas lagi, ketika tiba panen, harga beras jeblok.

Masalah dasar petani Telang Sari, eposnya sama dengan problem petani Indonesia umumnya. Yakni, ketiadaan posisi tawar terhadap harga pertanian. Menjelang musim panen, harga beras bisa mencapai Rp 4.500,- per kg. Setelah panen tiba, petani dibuat menangis, karena harga beras bisa sampai level terendah Rp 1.800,- per kg. Sebaliknya, pemerintah pada saat yang sama, malah mengimpor beras.

Hal ini, selalu terulang tiap musim panen tiba. Petani yang ringkih terus tertindih, di atas lahan pertaniannya yang subur. Mereka tidak mungkin menimbun beras, sebagaimana tengkulak nakal. Karena para petani itu, selepas panen, harus melunasi utang yang menjerat, saat dulu perlu modal untuk tanam.

Ketidakberdayaan mempertahankan harga beras ini, juga mendorong suburnya rentenir di desa desa. Mereka memanfaatkan petani-petani miskin, dengan meminjamkan modal. Lantaran tidak ada pilihan lain, petani terpaksa mencaplok umpan beracun itu. Dua petani di Telang Sari misalnya, harus kehilangan sawah, untuk melunasi utang pada rentenir yang bunganya beranak pinak.

Lima tahun lalu, program pemerintah pernah masuk ke desa ini untuk bantuan pertanian. Harapannya, bisa memangkas rantai rentenir. Tapi, satu tahun berjalan, gagal. Dana tidak dapat bergulir, apalagi kembali. Dana pinjaman, yang konon asalnya dari utang luar negeri itu, menguap tanpa hasil. Selain alasan gagal panen, pemikiran yang mengerikan telah mengakar di masyarakat.

“Namanya juga bantuan pemerintah, masak harus dikembalikan. Daripada dikembalikan nanti dikorupsi pejabat yang di atas, lebih baik dimakan rakyat to mas”, tandas Karmin, salah seorang petani, berpikir pragmatis.

Petani Berzakat

Pada Juni 2006, Dompet Dhuafa Republika (DD), masuk ke Desa Telang Sari. Melalui jejaringnya, Lembaga Pertanian Sehat (LPS), DD menggulirkan dana muzaki (donatur) Rp 342 juta, untuk program pemberdayaan petani Telang Sari. Terdapat 134 petani yang terlibat dalam program ini. Luas lahan percontohan program, mencapai 130,5 hektar. Mereka terbagi dalam 15 kelompok.

Realisasi program ini, meliputi pendampingan, subsidi pupuk, benih padi ciherang, dan dua unit traktor. Pada panen pertama awal 2007 lalu, produksi padi melimpah. Namun, harga beras setelah panen rendah. Tapi menurut Poniman, salah seorang ketua kelompok, kondisi petani lebih tenang karena tidak dikejar pinjaman rentenir.

“Biasanya habis panen petani banyak nelongsonya. Sudah harga beras nggak laku, harus lunasi pinjaman ke rentenir”, katanya.

Diakui Poniman, program DD cukup efektif. Selain memberi bantuan, juga pendampingan nilai kemandirian. Para petani diberikan penjelasan, cara membangun komunitas, menabung, dan menghindari rentenir.

“Petani di sini, sekarang sudah 90 persen yang tak utang ke rentenir mas. Sisanya, mereka yang kurang sabar saja. Mewakili kelompok, saya berharap program LPS ini dilanjutkan terus”, Poniman berharap.

Menurut Direktur Program DD, Ahmad Juwaini, dilihat dari pengembalian dana bergulir, program ini cukup kelihatan dampaknya. Hanya yang sekarang dipikirkan, bagaimana LPS bisa mendorong agar musim tanam di Telang Sari bisa dua kali dalam setahun. Juga mendesaian, jaringan pasar beras mandiri, sehingga petani tidak tergantung pada tengkulak dan punya harga tawar beras yang adil.

“Dari total petani yang bergabung, hanya lima petani yang tidak dapat mengembalikan penuh dana bergulirnya. Itu karena mereka gagal panen. Melihat hasilnya, kami komitmen untuk melanjutkan program ini. Dalam jangka panjang, kami juga ingin meluaskan ke daerah lain”, kata Ahmad Juwaini, saat panen raya padi kedua kalinya, di Telang Sari, Jumat (8/2). Sebelumnya DD juga punya program pertanian serupa, di Lamongan, Mojokerto, Brebes, Bogor, dan Sukabumi.

Bagi DD, program Telang Sari memberikan kejutan yang luar biasa. Pasalnya, petani Telang Sari kini sudah membayar zakat pertanian 5 persen dari hasil padi mereka. Zakat itu, ditunaikan melalui lembaga zakat Dompet Sosial Insan Mulia (DSIM) Palembang. Panen tahun lalu, nilai zakat petani Telang Sari mencapai lebih dari Rp 12 juta.

Petani Telang Sari, potret kecil petani Indonesia. Negeri ini mampu mencapai swasembada pangan, jika ada kebijakan yang berpihak pada petani. Karena, modal etos kerja yang tinggi pada petani Indonesia, telah teruji dalam berbagai lahan dan medan.

Jika kemudian, banyak program pemerintah gagal di akar rumput, mungkin cara pendekatannya yang kurang tepat. Atau tak ada salahnya, dalam menjalankan programnya, pemerintah menggandeng lembaga sosial dan pihak lain yang aktivitasnya murni berkhidmat untuk masyarakat. Prinsipnya, beda cara penetrasi program, tapi tujuannya sama. Yakni, menyejahterakan petani Indonesia.

1 comment:

Chloe Morrison said...

AKHIR TAHUN PINJAMAN PENAWARAN .. AKHIR TAHUN PINJAMAN PENAWARAN ..
Saya Chloe Morrison, A pemberi pinjaman kredit, saya meminjamkan uang kepada individu atau perusahaan yang ingin mendirikan sebuah bisnis yang menguntungkan, yang merupakan periode utang lama dan ingin membayar. Kami menyediakan semua jenis pinjaman Anda dapat pernah berpikir, kita baik pinjaman swasta dan pemerintah, dengan suku bunga kredit dari 2%.
Hubungi kami sekarang dengan alamat email panas kami: (Chloemorrisloanfirm@gmail.com) Kebahagiaan Anda adalah perhatian kami.

Informasi Peminjam:
Nama Lengkap: _______________
Negara: __________________
Sex: ______________________
Umur: ______________________
Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
Durasi Pinjaman: ____________
Tujuan pinjaman: _____________
Nomor Cell Phone: ________


CHLOEMORRISLOANFIRM
(Chloemorrisloanfirm@gmail.com)